Sebuah kebetulan yang terlalu sempurna untuk menjadi sekadar kebetulan. Di tengah panasnya persidangan skandal korupsi proyek jalan di Sumatera Utara, api sungguhan melahap ruang kerja Hakim Khamozaro Waruwu.
Peristiwa yang terjadi pada Selasa, 4 November 2025 ini sontak memantik kecurigaan publik. Apakah ini hanya musibah biasa, atau sebuah pesan mengerikan yang dikirim oleh kekuatan tak terlihat yang mulai gerah dengan ketegasan sang hakim?
Seperti yang diberitakan oleh www.tempo.co (05/11/2025), kebakaran terjadi saat rumah dalam keadaan kosong, menargetkan secara spesifik ruang kerja sang hakim. Tepat pada saat yang sama, Hakim Waruwu sedang memimpin sidang yang kian hari kian menyudutkan elite penguasa di Sumatera Utara, termasuk menyeret nama Gubernur Bobby Nasution.
Bagi rakyat yang lelah dengan drama korupsi, insiden ini bukan lagi sekadar berita kriminal, melainkan sinyal bahaya bahwa ada pihak yang mencoba membungkam keadilan dengan cara paling pengecut: teror.
Jejak Palu Hakim yang Membuat 'Panas' Kursi Gubernur Sumut
Hakim Khamozaro Waruwu bukanlah sosok biasa. Di ruang sidang, ia menjelma menjadi representasi keberanian yang langka. Ia tidak ragu mencecar saksi dan membongkar kebohongan, bahkan ketika jejaknya mengarah ke pucuk pimpinan.
Dalam beberapa persidangan terakhir, Waruwu secara terbuka menyoroti adanya mens rea atau niat jahat di balik skema pergeseran anggaran APBD Sumut 2025, yang menjadi pintu masuk korupsi proyek jalan senilai ratusan miliar rupiah.
Puncaknya adalah ketika ia memerintahkan jaksa untuk menghadirkan Gubernur Sumut ke persidangan. "Semua orang sama di depan hukum... jangan takut kehilangan jabatan, takut lah kepada Tuhan," tegasnya di ruang sidang.
Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan deklarasi perang terhadap siapapun yang terlibat. Ketegasannya dalam mengulik dasar hukum Peraturan Gubernur (Pergub) yang menjadi landasan 'anggaran siluman' ini jelas membuat banyak pihak berkepentingan merasa terancam. Palu yang ia ketuk seolah bergema hingga ke jantung kekuasaan, dan tampaknya, ada yang tidak suka dengan gema tersebut.
Upaya Hakim Membongkar Dugaan Proyek Abal-abal
Kasus yang ditangani Hakim Waruwu memang bukan perkara korupsi biasa. Ini adalah sebuah pertunjukan brutal tentang bagaimana uang rakyat bisa diakali melalui rekayasa kebijakan dan administrasi. Proyek pembangunan jalan di Padang Lawas Utara, yang menyeret mantan Kadis PUPR Sumut Topan Obaja Putra Ginting, terbukti sarat kejanggalan sejak awal. Anggarannya tidak pernah ada dalam APBD murni, melainkan 'dikumpulkan' dari pos-pos anggaran dinas lain melalui skema pergeseran yang dilegalkan lewat Pergub.
Keanehan berlanjut pada proses lelang. Seperti diungkap oleh jaksa KPK, tender diumumkan sore hari dan pemenangnya ditetapkan pada tengah malam di hari yang sama.
Sebuah proses kilat yang mustahil terjadi tanpa adanya pengaturan di belakang layar. Lebih parah lagi, konsultan perencana baru digandeng sebulan setelah pemenang tender diumumkan. Logika dibalik: pemenang ditentukan dulu, perencanaannya menyusul kemudian. Ini adalah bukti telanjang bahwa proyek tersebut sejak awal didesain bukan untuk kepentingan publik, melainkan untuk dibagi-bagi.
Api Sebagai Pesan? Ketika Hukum Coba Dibungkam
Kini, mari kita hubungkan titik-titiknya. Seorang hakim yang tanpa kompromi membongkar borok kekuasaan, sebuah skandal korupsi yang melibatkan jejaring kuat, dan sebuah kebakaran misterius yang secara presisi menghanguskan ruang kerjanya.
Sulit bagi nalar publik untuk tidak melihat ini sebagai sebuah pola intimidasi. Api itu bukan sekadar membakar properti, ia membawa pesan simbolis: 'Hentikan apa yang sedang kau lakukan, atau api berikutnya akan lebih besar'.
Serangan terhadap aparat penegak hukum yang berintegritas bukanlah hal baru di negeri ini. Namun, ketika hal itu terjadi secara terang-terangan, negara tidak boleh diam. Insiden ini adalah ujian bagi kita semua.
Apakah kita akan membiarkan para pemberani seperti Hakim Waruwu berjuang sendirian melawan kekuatan korup yang siap menggunakan segala cara? Kepolisian harus mengusut tuntas penyebab kebakaran ini bukan sebagai insiden biasa, melainkan sebagai potensi serangan terhadap institusi peradilan. Rakyat kini menunggu, apakah negara benar-benar hadir untuk melindungi para penjaga keadilannya, atau justru membiarkan mereka dilahap api ketakutan.
Sumber Fakta:
Artikel ini dikembangkan berdasarkan analisis dan interpretasi kritis terhadap laporan berita yang diterbitkan oleh www.tempo.co pada tanggal 5 November 2025, mengenai peristiwa kebakaran di rumah Hakim Khamozaro Waruwu dan kaitannya dengan kasus korupsi yang ditanganinya.
0 Komentar