Pengamat politik Adi Prayitno mengemukakan analisisnya mengenai posisi Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, yang dinilai berada dalam situasi politik yang sulit. Penilaian ini didasarkan pada upaya Budi Arie untuk mendekati sejumlah partai politik yang tampaknya tidak membuahkan hasil positif.
Minimnya Sambutan dari Partai Politik
Menurut Adi Prayitno, kondisi yang dialami Budi Arie menunjukkan bahwa tidak ada satu pun partai politik di Indonesia yang benar-benar berminat untuk merekrutnya. Hal ini terjadi terlepas dari klaim kekuatan yang selama ini disuarakan oleh kelompok relawan Projo. Adi menyatakan bahwa fakta Budi Arie dan jaringan relawannya tidak diterima oleh beberapa partai menjadi sebuah ironi.
Paradoks Klaim Kekuatan Projo
Adi menyoroti adanya sebuah paradoks terkait narasi kekuatan Projo. Di satu sisi, organisasi relawan ini kerap disebut sebagai kekuatan besar yang berperan dalam kemenangan Joko Widodo selama dua periode dan turut menyukseskan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024. Bahkan, Projo telah menyatakan komitmen untuk kembali memenangkan Prabowo pada periode kedua di tahun 2029.
Penolakan Sebagai Tolok Ukur
Fakta di lapangan, menurut Adi, menunjukkan realitas yang berbeda. Ia secara spesifik menyebut bahwa Budi Arie ditolak untuk bergabung dengan Gerindra, sementara PSI juga tidak menunjukkan keinginan untuk menerimanya. Adi menyimpulkan bahwa serangkaian penolakan ini menegaskan posisi Projo dan Budi Arie yang dianggap tidak signifikan di mata partai politik.
Validitas Klaim Dipertanyakan
Lebih lanjut, Adi Prayitno berpendapat bahwa klaim kehebatan Projo sebagai relawan politik kemungkinan hanya berlaku di lingkungan internal mereka. Namun, ketika klaim tersebut diuji dengan berinteraksi langsung dengan partai-partai politik lain, kekuatan yang digembar-gemborkan tersebut terbukti tidak dianggap berarti. Pernyataan ini disampaikan Adi melalui kanal Youtube miliknya pada Minggu, 26 November 2025.
Referensi:
Sumber artikel: www.gelora.co (16/11/2025)
0 Komentar