BOM WAKTU IJAZAH GIBRAN: Investigasi Roy Suryo Ancam Legitimasi Istana?


Badai politik dahsyat tengah berkumpul di cakrawala kekuasaan. Kepulangan pakar telematika Roy Suryo dari Sydney, Australia, tidak membawa oleh-oleh biasa, melainkan sebuah granat politik yang siap meledak di jantung Istana.

Dengan klaim yang menusuk tajam, Roy Suryo menyatakan telah mengantongi bukti bahwa kualifikasi pendidikan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi salah satu fondasi legitimasinya, diragukan kebenarannya. Ini bukan sekadar isu personal, melainkan sumbu api yang dapat memicu kebakaran konstitusional terbesar dalam sejarah republik.

Seperti yang diberitakan oleh www.kompas.tv (05/11/2025), Roy Suryo mengklaim telah melakukan verifikasi langsung ke kampus di Australia dan menyimpulkan dengan kepastian "99,9%" bahwa ijazah yang menjadi landasan Gibran tidak sah.

Pernyataan ini secara efektif menuduh orang nomor dua di negeri ini menduduki jabatannya tanpa memenuhi syarat formal yang paling mendasar. Pertanyaan yang menggema di benak publik bukan lagi sekadar soal selembar kertas, tetapi soal kejujuran fundamental yang menjadi pilar utama seorang pemimpin.


Membongkar Tabir Gelap di Balik Kualifikasi Akademik

Investigasi yang dilakukan Roy Suryo bukanlah sekadar perjalanan wisata. Ia melacak jejak-jejak akademis Gibran hingga ke sumbernya, yakni UTS Insearch di Sydney. Langkah ini menelanjangi betapa lemahnya proses verifikasi yang dilakukan oleh lembaga negara sekelas Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebelumnya.

Bagaimana bisa sebuah prasyarat krusial luput dari pengawasan ketat? Apakah ini sebuah kelalaian yang memalukan, atau sebuah pembiaran yang disengaja untuk melanggengkan jalan bagi dinasti politik?

Klaim ini menyorot fakta bahwa kekuasaan seringkali dibangun di atas narasi yang rapuh. Saat narasi itu dipertanyakan dengan data dan investigasi lapangan, seluruh dinding kekuasaan itu bergetar. 

Rakyat dipaksa bertanya, jika soal ijazah saja bisa menjadi polemik yang begitu pelik, kebohongan apalagi yang mungkin tersembunyi di balik tembok Istana yang megah?


Istana Bergetar dan Keruntuhan Kepercayaan Publik

Implikasi dari skandal ini jauh melampaui sekadar citra politik. Jika klaim Roy Suryo terbukti benar, maka Indonesia dihadapkan pada sebuah krisis legitimasi yang serius. Jabatan wakil presiden, yang diduduki berdasarkan pilihan rakyat, kini terancam cacat hukum secara fundamental. Ini akan menjadi preseden buruk yang merusak tatanan demokrasi: bahwa kekuasaan bisa diraih dengan mengabaikan aturan main yang paling dasar sekalipun.

Efek domino dari skandal ini akan merambat ke seluruh institusi negara. Kredibilitas KPU sebagai penyelenggara pemilu akan hancur. Kepercayaan publik terhadap proses demokrasi akan anjlok ke titik terendah.

Ini adalah pertaruhan besar bagi bangsa, di mana kebenaran harus diadu dengan kekuatan politik yang mungkin akan melakukan segala cara untuk mempertahankan status quo. Diamnya pihak Istana atas tudingan ini hanya menambah kecurigaan bahwa ada sesuatu yang sedang coba ditutup-tutupi.


Suara Rakyat di Persimpangan Sejarah

Pada akhirnya, bola panas ini kembali ke tangan rakyat dan lembaga-lembaga penjaga konstitusi. Apakah skandal ini akan menguap begitu saja, ditelan oleh hiruk pikuk berita lain dan dilindungi oleh benteng kekuasaan? Ataukah ini akan menjadi momentum bagi rakyat untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas tanpa pandang bulu?

Kasus ijazah ini adalah cermin dari kondisi demokrasi kita. Ia menguji apakah hukum masih menjadi panglima tertinggi, atau hanya menjadi alat bagi mereka yang berkuasa. Rakyat berhak mendapatkan pemimpin yang tidak hanya cakap, tetapi juga jujur dari hal yang paling mendasar. Jika fondasinya saja dibangun di atas keraguan, bagaimana rakyat bisa percaya pada janji-janji masa depan yang dilukiskan di atasnya?

Referensi:

  • Kompas TV. (2025, November 5). [FULL] Blak-blakan! Roy Suryo Ungkap Bukti Baru soal Ijazah Gibran usai Pulang dari Australia. Diakses dari www.kompas.tv.

0 Komentar

Produk Sponsor