Manuver Politik Budi Arie: Dihantam PSI, Ditolak Gerindra, Diabaikan Prabowo

Manuver Politik Budi Arie: Dihantam PSI, Ditolak Gerindra, Prabowo Bungkam


Langkah politik Budi Arie Setiadi dan organisasi relawan Projo menuai sorotan tajam dan memicu dinamika di kancah politik nasional. Manuver yang mencakup rencana bergabung dengan Partai Gerindra serta mengubah identitas Projo yang sebelumnya lekat dengan Joko Widodo (Jokowi) telah menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk dari sesama pendukung Jokowi dan penolakan dari internal Gerindra.


Reaksi Keras dari Kalangan Pendukung Jokowi

Langkah Budi Arie yang menyatakan arti Projo tidak lagi terkait dengan Jokowi dan menghapus foto mantan presiden tersebut dari logo organisasi memicu respons negatif. Ade Armando, seorang kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan pendukung Jokowi, menganggap tindakan tersebut sebagai sebuah "pernyataan perang" terhadap Jokowi. Menurutnya, upaya Budi Arie untuk menghapus jejak Jokowi dari Projo adalah tindakan yang tidak pantas.

Kritik serupa datang dari Sudarsono, pendukung Jokowi lainnya. Ia menyatakan tidak mempermasalahkan perpecahan di antara relawan, karena menurutnya hal itu memisahkan antara pendukung yang setia dengan mereka yang memiliki misi pribadi. Analisis dari sumber menunjukkan bahwa kritik terhadap manuver Budi Arie sebagian besar datang dari pendukung Jokowi yang kini berada di lingkaran PSI.


Spekulasi Arah Manuver Projo


Di tengah kritik yang muncul, terdapat spekulasi bahwa manuver yang dilakukan Budi Arie dan Projo kemungkinan telah mendapat restu atau bahkan merupakan bagian dari strategi politik Jokowi. Alasan yang dikemukakan Budi Arie, seperti perlunya menyesuaikan arah dukungan kepada Presiden Prabowo Subianto yang saat ini memimpin, dinilai terlalu kuat untuk dibantah begitu saja. Namun, justru alasan tersebut dianggap memperlihatkan adanya jejak strategi politik yang lebih besar.

Artikel sumber menyebut Jokowi sebagai politisi yang canggih dan manuver Budi Arie ini diinterpretasikan sebagai sebuah eksperimen politik. Tujuannya diduga untuk mengukur reaksi publik, internal Partai Gerindra, hingga Presiden Prabowo sendiri. Projo, yang digambarkan sebagai lokomotif organ relawan Jokowi, dianggap sebagai aset politik penting yang tidak akan dilepaskan tanpa alasan strategis yang kuat.


Resistensi Internal dan Sikap Partai Gerindra

Rencana bergabungnya Budi Arie ke Partai Gerindra dilaporkan menghadapi penolakan dari kader partai di berbagai daerah. Penolakan ini menjadi sinyal bahwa jalan Budi Arie untuk masuk ke internal Gerindra tidaklah mudah. Menurut analisis, resistensi tersebut bisa terjadi secara alami sebagai dinamika internal partai, namun tidak tertutup kemungkinan bahwa penolakan itu digerakkan secara terstruktur oleh elite partai.

Penolakan ini terjadi meskipun Projo telah secara terbuka menunjukkan niatnya untuk beradaptasi dengan kepemimpinan baru dan tidak lagi membawa nama Jokowi secara eksplisit dalam identitasnya. Situasi ini menunjukkan kompleksitas penerimaan figur baru di dalam struktur partai yang sudah mapan.


Memahami Peliputan Politik

Dalam mencermati dinamika politik seperti ini, penting untuk memahami berbagai pendekatan jurnalistik. Sebuah berita bisa disajikan secara tendensius, terutama pada bagian judul, untuk menarik perhatian pembaca dengan sudut pandang yang provokatif. Namun, isi berita yang ideal harus tetap objektif, yaitu menyajikan informasi berdasarkan fakta yang terverifikasi tanpa opini pribadi penulis. Di sisi lain, liputan dengan sentuhan investigatif berupaya menggali lebih dalam untuk mengungkap fakta-fakta tersembunyi yang tidak terlihat di permukaan, sering kali melalui proses penelusuran yang panjang.


Respons Prabowo dan Kelanjutan Dinamika Politik

Di tengah polemik yang berkembang, Presiden Prabowo Subianto dilaporkan belum memberikan komentar apa pun terkait manuver Budi Arie dan Projo. Sikap diam ini ditafsirkan oleh sumber sebagai kemungkinan sinyal bahwa eksperimen politik yang sedang dijalankan belum berhasil atau tidak sesuai harapan. Meskipun demikian, sumber tersebut menyimpulkan bahwa permainan politik masih jauh dari selesai dan dinamika dapat terus berubah seiring waktu.

Referensi:

Informasi dalam artikel ini ditulis ulang secara netral berdasarkan fakta dari artikel opini yang dipublikasikan di www.gelora.co pada 12 November 2025.

0 Komentar

Produk Sponsor